Thursday 8 December 2016

Hujan di Bulan Desember.


Hujan. 
Aroma hujan. 
Dinginnya. 
Warna-warna setelah hujan. 
Titik hujan yang jatuh di kaca depan mobil, kemudian tersapu wiper, jatuh lagi, dan tersapu kembali. Persis sperti kenangan-kenangan yang pernah terjadi. Ingin dilupakan, namun kemudian datang kembali.

Hujan di bulan Desember. 
Sayup dingin. 
Aroma penghianatan. Tusukan belati di punggung yang nyerinya masih terasa sampai saat ini. Perih yang terjadi kemudian. Bukan karena alkohol yang disiramkan, belati yang sama menancap lebih dalam. Lebih banyak luka. Nyaris kehabisan darah dan menyerah.

Beruntungnya saya, kita tidak menyerah. 
Ya, kita. Dua manusia yang pernah salah. Pernah saling melukai. Kita yang selalu berusaha melangkah maju. Berdua. Aku dan kamu yang kemudian menjadi kita. 

Bersyukurnya saya.

Hidup bersama semua kenangan itu. Belajar menerima, karena menolak tidak ada dalam daftar pilihan. Seperti hawa dingin saat hujan. 
Dan belajar mempercayai kembali. Tidak mudah memang. Banyak kesalah pahaman terjadi. Yang terbaik memang membiarkannya larut dalam waktu. Berkompromi, memaafkan, hidup dengannya. Menerima. Menerima bahwa kesalahan memang terjadi. Bahwa manusia bisa salah dan bisa memperbaiki.

Sampai hal tersebut terasa ringan. Seringan pembicaraan tentang bentuk awan pagi tadi di sela-sela kopi hangat kita. Dengan senyum di sudut bibir. Senyum di hati kita masing-masing.

'Pak, we're doing great as a team. I can't even imagine i can survive all of this without your support. Let's travel and get old together!'.



I Love you Pakbu.






Wednesday 16 November 2016

Chocolate Cookies (dengan Otang)

Chocolate Cookies yang sudah jadi

Ini adalah resep pertama yang saya coba dengan otang baru. Memilih chocolate chip cookies karena terlihat mudah (dari sekilas membaca beberapa resep). Pilihan resep jatuh pada resep cookies dari kokiku.tv . Cookies akan terasa lebih enak jika adonannya didiamkan paling tidak semalaman. Jadi, adonan cookies saya buat malam harinya setelah Raya tidur. Simpan kulkas semalaman, baru kemudian dipanggang keesokan sorenya.


Mencacah coklat untuk bahan isian


Bahan :
Bahan basah :
114 gr mentega (saya pakai mentega Bl** B*nd)
90 gr gula pasir
85 gr gula palem
1 butir telur

Bahan Kering :
90 gr tepung terigu protein sedang (saya pakai S*g*t*g* B*r*)
3 gr tepung maizena
100 gr tepung terigu protein tinggi (saya pakai C*kr* K*mb*r)
1/2 sdt baking powder
1/2 sdt baking soda

*)200 gr coklat masak (dark chocolate), dicacah kecil.


Cara Membuat :

1. Kocok mentega dan gula dengan mixer kecepatan tinggi sampai berwarna pucat, masukkan telur sampai adonan ringan dan halus.
2. Campur bahan kering dengan cara diayak. Lalu masukkan ke dalam adonan basah perlahan sambil diaduk dengen kecepatan mixer rendah. Hanya sampai tercampur dengan rata saja. Matikan mixer. Pada tahap ini, rasa adonan sudah hampir mendekati rasa akhir cookies.
3. Masukkan coklat cacah ke dalam adonan, aduk menggunakan spatula sampai tercampur rata.
4. Masukkan adonan dalam wadah tertutup rapat (semacam wadah kedap udara atau bisa juga menggunakan cling wrap), agar adonan tetap lembab. Simpan dalam kulkas semalam (minimal 30 menit).
5. Panaskan oven pada suhu 150 derajat celcius. Jangan lupa membuka penutup penghawaan otang pada bagian atas.
5. Beri lapisan kertas roti pada loyang.
6. Bentuk adonan bulat, kira-kira sebesar kelereng besar. Letakkan di atas loyang dengan radius jarak 5 cm. Biarkan tetap bulat, agar adonan melebar sama besar ke segala arah ketika dipanggang.
7. Panggang selama kurang lebih 14 menit lalu keluarkan. Cookies akan terlihat seperti belum matang sempurna, Biarkan saja tetap dalam loyangnya di luar oven kurang lebih 5 menit sebelum disajikan.
8. Pastikan cookies sudah dingin sempurna sebelum menyimpannya dalam wadah tertutup rapat


Cookies siap kirim ke Bapak


*) isian ini bisa diganti atau dikombinasikan dengan bahan lain sesuai selera. Misalnya dengan kismis, sultana, buah kering, kacang, apa saja. Substitusinya dengan berpatokan pada volume, bukan berat bahan.


Tuesday 15 November 2016

Oven Tangkring (Otang)

Setelah sekian lama muter-muter berpikir kesana kemari. Berpikir antara beli oven listrik atau oven gas, atau oven kompor. Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli oven tangkring alias otang. Dengan pertimbangan harga (tentu saja) dan penyimpanan (jika tidak dipakai, oven bisa diletakkan di gudang). Kesalahan saya adalah, setelah beli otang baru menyempatkan diri untuk browsing-browsing jenis-jenis dan trik menggunakan oven tangkring. Waktu itu asal beli, karena mikirnya paling cuma dipakai sekali dua kali. Takut ga kepake. Dan pemikiran negatif lainnya.

Oven tangkring merek Roda Mas, tiga susun. Dibeli di toko oven deket rumah. Satu-satunya pertimbangan memilih oven ini ialah dimensinya paling memungkinkan untuk ditaruh di dapur (ga kekecilan ga kebesaran). Otang yang saya beli memiliki lubang penghawaan di bagian atasnya, bukan jenis yang bisa dipakai memanggang menggunakan api atas. Oven inipun tidak memiliki termometer bawaan, sehingga saya kemudian membeli termometer oven secara terpisah. Karena ketepatan suhu sangat penting dalam proses baking.

Otang On Duty

Sebelum dipergunakan, Otang harus dipanaskan beberapa kali. Gunanya untuk menghilangkan bau sangit oven baru. Saya melakukannya, tiga kali saja. Oven saya panaskan sampai jarum termometer menunjuk area merah, diamkan beberapa saat kemudian matikan api. Dan biarkan oven mendingin sendiri. Pemanasan pertama, keluar suara berkeriut-keriut dari dalam otang. Seperti suara lempengan besi yang dibengkokkan. Ditambah bau sangit yang sangat keras. Bau sangit hilang pada pemanasan ketiga. Suara berkeriut tidak hilang sampai saat ini, hanya frekuensi dan intensitasnya yang berkurang jauh. 

Begini susunan rak dalam Otang saya ketika dipergunakan

Baking menggunakan otang memang lebih tricky daripada menggunakan oven listrik. Tricky masalah menjaga stabilitas panas (panas yang merata dan konstan). Ada beberapa cara yang saya coba untuk mengakali masalah panas ini.
  • Cara pertama, mengakalinya dengan menggunakan penyangga tambahan, agar api tidak langsung menyentuh bodi otang. Tapi saya malas menyimpan pecahan genteng, batu bata, dan sejenisnya untuk penyangga otang. Mau buat penyangga yang bagus dan tahan panas tinggi, kasian bodi kompor gasnya yang kinyis-kinyis nanti jadi kegores-gores. Kan kesel liatnya.
  • Cara kedua, dengan meletakkan air di dasar otang. Air ini berfungsi untuk mendistribusikan panas dari kompor ke seluruh bagian otang (api kompor kan jatuhnya di satu titik). Pertama saya coba yang air dulu. Menggunakan loyang tanpa sambungan bawaan si oven. Karena loyangnya tidak terlalu tinggi, jadi musti rajin cek dan nambahin airnya. Akibatnya apa? Iya, suhu dalam otang jadi naik turun karena keseringan buka tutup otang. Kemudian, beli loyang persegi seukuran pas dengan si otang. Loyang persegi agak tinggi, jadi sepertinya tidak perlu sering-sering buka tutup oven utnuk tambah air. Dan ketika dipakai baking, loyangnya bocor, air panas jatuh dan menggenang di sekitar kompor...aarrgghhhhh....
  • Lupakan air. Saya kemudian mencoba cara lain, pasir. Fungsi pasir dan air dalam Otang hampir sama dalam masalah pendistribusian panas. Pasir sebanyak setengah kaleng biskuit Kh*ng G**n yang bulat sudah cukup. Pasir ini yang sampai sekarang setia nongkrong di dalem oven saya. Dan sepertinya akan ada disana seumur hidupnya.

Satu lagi, selama baking menggunakan otang musti rajin cek suhu yang tertera di termometer. Besarkan dan kecilkan api sesuai kebutuhan. Jika suhu di termometer terlihat naik, kecilkan api. Demikian juga sebaliknya.
Oh iya, lesson learnt, setiap mau mencoba resep, tanda-tanda hasil baking-an yang sudah matang musti dipahami betul-betul. Ya karena suhu dalam otang tidak se-stabil suhu oven listrik. Jadi saya tidak terlalu streng berpatokan dengan lamanya waktu baking yang tertera di resep. 
Pada intinya sih, harus sering-sering dipergunakan agar paham betul cara kerja si oven tangkring ini.


Happy Baking :) 

Tuesday 20 September 2016

11 bulan

Manggala Raya 


Raya adalah anugerah pertama dalam kehidupan pernikahan kami, yang langsung hadir setelah menikah tanpa jeda waktu menunggu. Meskipun sempat ada flek pada masa awal kehamilan, sebab Pakbu dan Bubu bahkan belum tahu jika kamu sudah ada. Bubu yang waktu itu bekerja full time dari rumah belum punya meja dan kursi kerja yang memadai, jadi sering bekerja dengan laptop sambil melantai ataupun duduk dengan posisi jongkok. Bahkan kami sempat bepergian dengan sepeda motor (3 jam sekali perjalanan - 6 jam pulang pergi) melewati jalanan yang tidak bisa dibilang mulus.
Alhasil, posisi Raya turun dari tempat seharusnya. Bedrest seminggu penuh pun Bubu jalani. Untuk Bubu yang selalu bergerak, berat loh  harus diam di tempat tidur sepanjang hari tanpa rasa sakit. Sedikit gerak yang dirasa normalpun bisa membuat posisimu lebih turun lagi.

Sisa waktu kehamilan kemudian kita jalani dengan menyenangkan, serius, menyenangkan. Kamu kuat. Jauh lebih kuat dari yang kami kira. Tanpa rasa mual, muntah ataupun pegal berlebihan. Tidak minum susu ibu hamil. Tanpa pantangan makanan (bahkan makanan pedas dan nanas pun masuk perut dengan lancar). Tetap beraktfitas mandiri dengan normal, kecuali untuk pekerjaan yang membutuhkan posisi (duduk) berjongkok.

Memasuki bulan kelima kehamilan, kondisi pekerjaan Pakbu mengharuskan kami tinggal terpisah. Dari Makassar, Pakbu pindah ke Jakarta. Sementara Bubu balik lagi ke Bali dan mulai bekerja kantoran lagi. Di Bali, kita tinggal bersama dengan Gusi (kakek) dan Mbah Ibu (nenek) mu. Sejak mulai bekerja kantoran lagi, Bubu biasa menyetir sendiri kemana-mana. Perjalanan rumah-kantor yang ditempuh dalam waktu 20-45 menit (tergantung kondisi lalu lintas) benar-benar menjadi quality time bagi Bubu dan Raya. Bubu bicara, kamu menanggapi. Bubu bernyanyi, kamu bergoyang. Bubu nyinyir, kamu bergerak.

 Foto oleh : AngWi Photography

Hari itu, Jumat (2015/10/16) tidak Bubu rencanakan sebagai hari terakhir bekerja (sebelum masuk masa cuti hamil). Bubu masih bekerja normal, setir kendaraan sendiri, beraktifitas seperti biasa. Masih ingat nak? Semenjak usia kehamilan tujuh bulan setiap sore kita selalu jalan sore di lapangan Renon. Sepatu kets dan baju kantor (terkadang kemeja). Dua putaran jalan cepat, kurang lebih 2,4 km. Terkadang jagung bakar pedas atau lumpia pedas sesudahnya.


Sabtu 2015 10 17
Bangun pagi. Jalan keliling kompleks perumahan. Bermalas-malasan sampai siang menjelang. Keluar flek. Bubu langsung ke rumah sakit untuk periksa. Alhamdulillah sudah bukaan satu nak. Rasanya deg-degan. Tidak sabar. Antara tidak sabar ingin bertemu kamu dan deg-degan menunggu rasa sakit yang akan datang. Sabtu sore, Gusi Titi dan Mbah Ibu Titi datang untuk menginap. Menunggui kedatanganmu. Sementara Gusi dan Mbah Ibu mu masih di luar pulau. Sabtu malam, Pakbu tiba di Bali dengan tiket pesawat paling cepat yang bisa didapat.

-Anak pertama biasanya bukaannya lama....Baru bukaan 1 kan? Masih 3 atau 4 hari lagi tu...-

Minggu 2015 10 18
Minggu pagi. Sudah ada Pakbu yang siaga menemani. Berangkat senam hamil di rumah sakit sekaligus cek kondisi denyut jantung dan pergerakanmu. Denyut jantung normal, dan (seperti biasa) kamu sangat aktif. Pulang senam, masih sempat mampir ke pasar Badung untuk membeli sisa perlengkapanmu. Sorenya, kembali periksa di rumah sakit karena ada flek lagi. Sudah bukaan dua nak. Pulang dari rumah sakit bukannya langsung pulang, malah langsung ke pantai Sanur. Pacaran. Hahahahaha....

Foto kaki Pakbu (kiri) dan Bubu (kanan), hampir sama besarnya


Senin 2015 10 19

03.00, terbangun karena perut mulai terasa sakit. Buru-buru berangkat ke rumah sakit. Bubu kira sudah bukaan besar, anak pertama jadi masih belum tahu seperti apa jika sudah bukaan banyak. Tapi ternyata masih bukaan dua mau ke tiga. Sempat ditawari untuk ambil kamar saja daripada bolak-balik. Tapi diam di rumah sakit dalam kondisi yang asing sambil menahan sakit juga bukan hal yang baik. Kembali pulang dan lanjut tidur.

06.00. Kembali terbangun karena sakit perut. Tapi kali ini lebih intens. Pakbu yang sibuk mengukur frekuensi sakitnya, sambil membujuk-bujuk bubu untuk bangun dari kasur segera ke rumah sakit. sementara Bubu masih masih mengantuk dan sibuk berusaha tidur kembali sambil menahan sakit.

07.00. Akhirnya kami putuskan untuk berangkat saja ke rumah sakit. Dan alamak, itu jam berangkat kerja di hari Senin. Entah jam berapa tiba di rumah sakit, yang pasti rasanya perjalanannya cukup lama. Bubu turun sendiri di porte cochere rumah sakit sambil membawa tas dokumen (isinya mulai dari buku dokter sampai kuitansi kamar rumah sakit). Sementara Pakbu langsung mencari parkiran. Jalan ke meja resepsionis sendiri. Jalan ke ruang bersalin juga sendiri, padahal ada suster yang mendampingi. Bubu sendiri bingung, harus dipegangi di bagian mana agar sakitnya berkurang. Naik bed, kemudian dicek lagi. Bukaan empat, meskipun posisi Raya masih belum turun ke panggul.
Air ketuban pecah segera setelah suster membuka sarung tangan usai memeriksa bukaan. Pecah, kemudian berhenti mengalir. Tanda bagus katanya. Kepalamu sudah masuk rongga panggul, sudah di jalan lahir. Sedikit lagi. Sedikit lagi, kita bertemu nak.
Bukan 5, 6, 7, 8 dan seterusnya berlangsung dengan cepat.

8.19. Ditunggui Pakbu sejak awal, Manggala Raya Awra Istanto lahir, normal spontan. Berat 3,04 panjang 50 cm.Sepuluh hari lebih awal dari HPL.

Raya sesaat setelah lahir, sewaktu proses IMD


Terima kasih nak. Terima kasih sudah membuat prosesnya menjadi begitu cepat dan mudah. Terima kasih sudah berusaha mencari jalanmu.


Raya umur 1 hari

Tuesday 2 August 2016

Kaldu Ayam Beku MPASI

 Kaldu
Kal.du
Air (kuah) daging yang direbus


Sejak sebelum masa MPASI Raya, saya sudah bertekad untuk memasak sendiri makanan untuk Raya.Mulai mengumpulkan tekad, semangat, dan resep MPASI rumahan. Rajin membaca artikel-artikel tentang MPASI, sampai kemudian ikut di grup Homemade Healthy Baby Food di laman Facebook. Saya sadar sepenuhnya, sebagai ibu bekerja dan senang bepergian selalu ada excuse untuk memberikan makanan bayi instan.

Umur Raya saat ini sudah masuk 9 bulan 2 minggu. Alhamdulillah sampai saat ini tidak pernah bolong membuatkan sendiri MPASI Raya. Banyak teknik memasak maupun penyimpanan MPASI sudah dicoba. Mulai dari puree yang dibekukan (untuk liburan) sampai MPASI hangat segar baru dimasak setiap akhir minggu (yang tidak ada acara keluar rumah).

Sebagian bahan untuk membuat stok Kaldu Ayam beku

Menurut saya,  ada dua persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk MPASI Raya. Yang pertama mudah dan cepat dibuat (saya bukan morning person yang rela bangun pagi buta hanya untuk masak). Yang kedua ialah bisa dibuat sekali untuk makan sepanjang hari, baik disimpan dalam suhu ruangan atau dihangatkan ketika akan dikonsumsi. Salah satu cara praktis untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan memberi rasa gurih alami pada makanan ialah dengan membuat stok kaldu beku. Resep dasar kaldu ayam beku ini sendiri saya ambil dari group Homemade Healthy Baby Food di laman Facebook, dengan sedikit modifikasi a la saya.

Percobaan pertama membuat stok kaldu ayam kampung beku sukses. Sukses dalam artian Raya tetap makan dengan lahap dan tidak timbul reaksi alergi.
Kaldu ayam ini saya buat dari 1 ekor ayam kampung utuh, entah berapa kg beratnya. Daging ayamnya saya sisihkan untuk tambahan mpasi, dan tulangnya saya pergunakan untuk membuat kaldu. Daging ayamnya saya potong kecil-kecil. Disimpan dalam keadaan beku dalam kantung plastik. Satu kantung plastik untuk sekali masak.
Karena membuat kaldu ini memerlukan waktu lumayan lama, saya biasanya membuat kaldu pada akhir minggu. Kaldu mulai dimasak siang hari, dan sudah jadi kaldu beku siap disimpan pada malam harinya.

Potongan daging ayam dibungkus plastik, siap dibekukan




Berikut resep dan cara memasak Kaldu Ayam beku
Bahan :
  • 1 ekor ayam kampung. Bersihkan dan pisahkan antara daging dan tulangnya. Sisihkan daging, tulang, sayap, dan cekernya.
  • 2 liter air.
  • 1 siung bawang putih, geprek.
  • 2 batang seledri, simpulkan.
  • 1 buah wortel utuh, bersihkan kulitnya.
  • 1 batang daun bawang iris halus.
  • 1 buah tomat, iris halus.
  • 2 lembar daun salam.
  • ½ ruas jari jahe, geprek 
Cara Memasak : 
  • Didihkan air.
  • Masukkan bawang putih, tulang ayam, ceker, dan sayap ayam.
  • Rebus dengan api kecil sampai air menjadi 3/4-nya.
  • Masukkan bahan bahan lainnya.
  • Rebus kembali sekitar 15-20 menit.
  • Angkat, buang lemak yang mengambang.
  • Dinginkan.
  • Saring kaldu.
  • Masukkan kaldu ke dalam wadah tertutup untuk 1 kali masak. Simpan di freezer. Sebagian kaldu saya simpan dalam baby cubes (8 cubes ukuran 80ml). Sebagian lagi dicetak dengan cetakan es batu, setelah beku dimasukkan plastik kecil-kecil ukuran sekali porsi masak.
Kaldu ayam pada saat dimasak


Saturday 25 June 2016

Puding Roti Tawar Kukus

voilaaa....puding roti tawar buatan sendiri

Sebenarnya sih saya bukan penggemar berat dari bread pudding alias puding roti tawar, sampai merasa harus bisa membuatnya sendiri. Percobaan membuat puding roti tawar ini berawal dari keisengan membeli buku resep khusus puding dan agar-agar. Dibuka-buka, kemudian tertarik dengan foto bread pudding yang ada di buku tersebut. Fotonya terlihat enak dan mudah dibuat (ke-sotoy-an saya). Tertarik dengan fotonya, baru kemudian membaca resepnya. Ternyata harus dipanggang menggunakan oven, sementara saya sendiri belum ada ovennya.

Tidak bisa panggang, maka mengukuspun jadi. Kemudian gugling resep puding roti tawar kukus yang foto hasil akhirnya mirip seperti di foto buku resep. Dapat resep disini, yang kemudian saya buat dengan sedikit penyesuaian.
Bahan :
5 lembar roti tawar tanpa pinggiran, potong-potong
300 ml susu putih cair (saya pakai susu ultra low fat hi calcium putih)
3 butir telur ayam
50 gram gula pasir
30 gram margarin
¼ sendok teh vanili bubuk
Choco chips sesukanya

Cara Membuat :
  1. Rebus susu putih cair, vanilli, dan gula menjadi satu dalam satu wadah. Aduk hingga larut gulanya. Sembari menunggu gula larut, siapkan telur dan margarin kocok menjadi satu di wadah yang berbeda.
  2.  Masukkan potongan roti tawar ke dalam adonan rebusan susu tadi sampai benar-benar hancur dan merata lembutnya. 
  3. Campurkan adonan telur dan margarin yang sudah dikocok ke dalam adonan rebusan susu yang telah diberi roti tawar.
  4. Siapkan loyang atau wadah yang sesuai selera. Saya menggunakan wadah aluminium foil bulat diameter 8cm. Adonan dimasukkan kira-kira ¾ wadah.
  5. Proses pematangannya saya bagi menjadi dua. Sebagian saya kukus dengan panci kukusan biasa. Sebagian lagi saya matangkan dengan rice cooker (dengan teknik au bain marie ala ala).
  6. Untuk puding yang dimasak dengan rice cooker, masukkan air hingga wadah aluminium foil terendam setengahnya. Tujuannya agar puding tetap moist tetapi muncratan dari air yang mendidih tidak sampai masuk ke dalam wadah. Masak dalam mode ‘cook’
  7. Kukus selama 5 menit, baik untuk di panci maupun di rice cooker. Setelah itu keluarkan dari kukusan. Hati-hati dengan uap panasnya (terutama untuk di rice cooker).
  8. Taburi dengan choco cips sesukanya. Lanjutkan kukus selama 30 menit atau hingga ‘cook’ mode berubah menjadi ‘warm’ mode pada rice cooker.
  9. Keluarkan dari kukusan, tunggu hingga hilang uap panasnya, masukkan ke dalam lemari es jika lebih suka puding dingin.

Rasa dan tekstur dari kedua jenis puding roti tawar ini hampir mirip, secara tampilan pun demikian. Puding yang menggunakan kukusan, hasil jadinya lebih mengembang ketika baru matang daripada yang menggunakan rice cooker. Tapi setelah suhunya turun, pudingnya mengempis seukuran sama dengan puding rice cooker. Saya pribadi lebih suka puding roti tawar yang dingin. Rasanya lebih segar. Permukaan pudingnya keras (sedikit crunchy), dengan isian yang lembut.


Selamat mencoba :)

Tekstur puding yang masih hangat

Tuesday 3 May 2016

S1 ASIX Manggala Raya

2016.05.04


Akhirnya, lega melewati 6 bulan penuh perjuangan. Dengan bangga bisa bilang, Raya sudah lulus 6 bulan asi eksklusif.


Manggala Raya, 2m 2w. Awal-awal belajar minum ASIP menggunakan soft cupfeeder

Awal belajar minum ASIP menggunakan soft cupfeeder banyak yang menganggap kami berlebihan (alasan kenapa kami ngotot tidak memberikan dot buat Raya bisa dilihat disini dan disini). Syukurnya, kami mendapat pengasuh (yang sudah berpengalaman dari kami, anaknya sudah 3 dan besar-besar) yang tetap mau mendengarkan dan membuka diri terhadap hal baru. 
Dua minggu pertama belajar minum ASIP menggunakan soft cupfeeder berhasil kita lalui dengan airmata dan keringat. Setelah 2 minggu masa percobaan penitipan dan ibu sudah benar-benar harus balik kerja, Raya masih belum terampil minum ASIP dengan soft cupfeeder. 
Seminggu pertama ibu tinggal ngantor, Raya masih juga belum terampil minum ASIP dari botol soft cupfeeder.
Kamu menangis histeris. Pengasuhmu bingung. Ibu apalagi, meskipun bapakmu selalu menyemangati ibu dari tempat dinasnya disana. Belum lagi tekanan lingkungan. Menganggap bahwa penggunaan dot tidak apa-apa daripada kamu menangis, menganggap bahwa dot (yang katanya) mirip puting susu ibu adalah yang terbaik. Kamu menangis. 
Hari pertama di minggu kedua Raya ditinggal ngantor, Raya tiba-tiba anteng dan terampil minum ASIP dari botol soft cupfeeder-nya. Alhamdulillah nak. 

Terima kasih.

Terimakasih nak dan bapak, sudah menjadi bagian dari tim yang solid mendukung pemberian asi eksklusif. Terimakasih sudah membantu ibu menunjukkan pada lingkungan kalau kita bisa, kalau teori yang kita baca dan dapat dari dokter itu benar adanya.Kita tunjukkan bahwa mitos-mitos menyusui dan kehamilan itu banyak yang tidak benar. Pada akhirnya kita bisa membuat lingkungan percaya kalau kita bisa, dan apa yang kita lakukan ini baik.

Masih ada 1,5 yahun perjalanan lagi nak, semoga kita bertiga (atau mungkin nanti berempat atau berlima J) bisa menjadi tim yang lebih solid lagi menghadapi tantangan lainnya.





S1 ASIX Manggala Raya

Sunday 24 April 2016

Pasta Tumis, pasta dengan kearifan lokal

Pasta tumis

Sabtu menuju sore, waktu terlambat untuk makan siang terlalu cepat untuk makan malam. Buka kulkas, masih ada setengah bungkus spageti. Mendadak pengen makan yang berasa pedas gurih di lidah.  Kumpulkan bahan-bahan yang ada, awalnya mikir mau dimasak ala ala chef di yutub tapi kok bahannya ya begitu. Yasudahlah, akhirnya dimasak seadanya aja. Dan ternyata enak J

Bahan :
Spageti secukupnya untuk 1 porsi ngemil berat (saya pakai yang merek L* F*nte)
Pastanya kira-kira segini banyaknya

Bumbu :
3 siung bawang merah, iris tipis
2 siung bawang putih, keprek, cincang kasar
1 buah tomat, buang bijinya potong dadu
3 buah cabai merah, iris tipis
Garam secukupnya

Topping :
Tahu jawa (tahu yang kalau digoreng dalemnya kosong) dipotong dadu kecil-kecil, digoreng kering.

Cara Pembuatan :
  1.  Panaskan air secukupnya untuk merebus pasta. Masukkan minyak goreng 1 sendok makan ke dalam air rebusannya. Direbus selama 10 menit. Setelah matang, tiriskan.
  2.  Sambil menunggu pasta matang, tumis bawang merah bawang putih dengan sedikit minyak goreng. Sampai harum setengah matang, masukkan cabai merah. Hampir matang, kemudian masukkan tomat. Diaduk-aduk sampai matang. Matikan api.
  3. Masukkan pasta ke dalam bumbu tumis. Aduk sampai rata. Tambahkan garam sesuai selera untuk koreksi rasa.
  4. Beri taburan topping.
  5. Foto dulu sebelum dimakan.


Ini fotonya yang lebih zoom


Friday 8 April 2016

Flight with my Bro

Bepergian dengan pesawat udara bukan menjadi hal istimewa lagi bagi Raya (5,5 mo). Pernikahan jarak jauh yang kami jalani membuat Raya terbiasa bepergian dengan pesawat sejak umur 2 bulan. Kepergian Raya pertama kali keluar kota dengan pesawat bukan tanpa halangan. Apalagi di keluarga saya, yang tidak punya budaya bepergian dengan membawa bayi. Begitupun dengan keluarga suami. Banyaknya pihak yang kontra dengan keputusan saya (waktu itu) untuk membawa Raya yang baru berusia 2 bulan untuk bepergian malah menambah semangat saya untuk mencari tahu tata cara membawa bayi ketika bepergian dengan pesawat. Perjalanan udara pertama buat Raya dan perjalanan pertama buat saya berdua saja dengan bayi.

 Foto : Dalam kabin pesawat bersama Raya (5mo)

Mencari tahu dengan cara gugling lewat internet, membaca pengalaman ibu-ibu lain, maupun berbagi pengalaman dengan para ibu yang sudah lebih dulu membawa bayinya melalui perjalanan udara. Dan bertanya pada dokter anak tentunya.
Persiapan yang saya lakukan untuk perjalanan udara bersama Raya kira-kira seperti berikut :
  1. Jangan malas untuk mencari tahu peraturan maskapai jika membawa bayi. Cari dan baca, jangan hanya berdasar pada katanya. Ada beberapa maskapai yang mensyaratkan surat keterangan untuk bayi dibawah 6 bulan, sementara maskapai lain hanya untuk bayi dibawah 3 bulan. Demikian juga baca dengan seksama tatacara jika ingin membawa cairan (ASIP) ke dalam kabin pesawat.
  2. Berkonsultasi dengan dokter anak. Selalu cek kondisi bayi sebelum bepergian, ada atau tidak ada gejala penyakit yang terlihat. Meskipun tidak dalam keadaan sakit, saya juga selalu membawa obat panas, batuk, pilek, dan termometer dalam satu kantung yang diletakkan dalam tas ransel kabin setiap bepergian dengan Raya.
  3. Cerewetlah bertanya ketika konsultasi dengan dokter anak. Sekali lagi, cerewetlah. Selalu konsultasi dengan dokter anak, jangan terpaku pada 'katanya katanya...', 'biasanya...'  atau 'menurut orang yang udah duluan...'. Tetap mencari tahu, tetapi semua info yang kita dapat harus di-cross check sebelumnya dengan dokternya (yang tentunya akan memberi saran sesuai dengan kondisi kesehatan si anak). Jangan lupa, ajak orangtua (atau siapapun yang kontra) ketika konsultasi. Karena pada dasarnya, tidak ada larangan untuk mengajak bayi melalui perjalanan udara.
  4. Pergunakan tas ransel untuk menyimpan peralatan si kecil dan peralatan pribadi kita. Usahakan kedua tangan bebas dari tentengan, sehingga kita bisa konsentrasi penuh dengan si kecil. Semua barang bawaan lain masuk dalam satu koper bagasi jika bepergian berdua saja. Hanya membawa satu koper bagasi akan mempermudah perjalanan dari masuk bandara sampai ke konter check in, dan dari tempat pengambilan bagasi sampai keluar area kedatangan.
  5. Pergunakan pakaian menyusui dan alas kaki yang nyaman. Karena nursery room belum menjadi fasilitas yang populer (sepopuler toilet) di bandara. Baju menyusui yang nyaman dipergunakan untuk mengantisipasi lokasi nursery room yang letaknya berjauhan, sehingga siap untuk menyusui dimana saja. Sebagai contoh, di bandara domestik Ngurah Rai, nursery room hanya ada di dekat 'gate' 6, bayangkan jika kita masuk pesawatnya dari 'gate' 1.
  6. Kalau punya stroller, pergunakan. Semua bandara saat ini punya fasilitas lift untuk menuju ke lantai yang berbeda. Meletakkan bayi di stroller bisa mengurangi kelelahan selama menunggu jam keberangkatan, apalagi jika jadwal keberangkatan mengalami delay. Stroller bisa dilipat dan dimasukkan bagasi pesawat sebelum masuk kabin dan diambil bersamaan dengan barang yang masuk bagasi. Jangan lupa untuk minta tag penanda bagasi untuk stroler ketika proses check in (tidak semua petugas di konter check in langsung tanggap dengan adanya stroler).
  7. Memakaikan Raya pakaian senyaman mungkin. Mengingat Raya tidak tahan dingin AC dan tidak suka menggunakan pakaian berlapis, jadi Raya saya pakaikan jumper lengan panjang dan kaos kaki panjang menutup kaki macam legging yang tidak terlalu ketat tapi tetap hangat. Pada perjalanan udara terakhirnya, saya juga membawakan teether-nya (mainan gigit-gigitan) untuk menjaga mood nya tetap baik selama perjalanan.
  8. Cara paling mudah menjaga agar perubahan tekanan udara tidak mengganggu pendengaran bayi adalah dengan disusui. Sesuai saran dokternya, Raya sama sekali tidak menggunakan penutup telinga dan hanya disusui terutama selama proses landing dan take off.
  9. Jangan lupa bawa fotokopi akte kelahiran, sebagai satu-satunya dokumen identitas si bayi.
  10. Terakhir, jangan lupa Bismillah sebelum berangkat (atau sesuai kepercayaan masing-masing) agar perjalanan lancar tanpa hambatan.


Foto : Menunggu bagasi di bandara Soekarno Hatta (Raya 5mo)

Untungnya, Raya termasuk bayi yang bisa diajak 'bicara' dan cepat belajar. Sehingga sangat mempermudah perjalanan perdana dan perjalanan kami selanjutnya.

Tidak ada tangisan ketika proses landing dan take off, terima kasih Raya karena langsung paham harus menyusui agar tetap nyaman.

Tidak ada tangisan bosan selama perjalanan, terima kasih sudah menganggap nyanyian dan obrolan ibumu ini cukup menghibur.

I'm a proud mom yang masih terus belajar.

Foto : Diantar pulang setelah berkunjung ke tempat Bapak (Raya 2 mo)