Tuesday 20 September 2016

11 bulan

Manggala Raya 


Raya adalah anugerah pertama dalam kehidupan pernikahan kami, yang langsung hadir setelah menikah tanpa jeda waktu menunggu. Meskipun sempat ada flek pada masa awal kehamilan, sebab Pakbu dan Bubu bahkan belum tahu jika kamu sudah ada. Bubu yang waktu itu bekerja full time dari rumah belum punya meja dan kursi kerja yang memadai, jadi sering bekerja dengan laptop sambil melantai ataupun duduk dengan posisi jongkok. Bahkan kami sempat bepergian dengan sepeda motor (3 jam sekali perjalanan - 6 jam pulang pergi) melewati jalanan yang tidak bisa dibilang mulus.
Alhasil, posisi Raya turun dari tempat seharusnya. Bedrest seminggu penuh pun Bubu jalani. Untuk Bubu yang selalu bergerak, berat loh  harus diam di tempat tidur sepanjang hari tanpa rasa sakit. Sedikit gerak yang dirasa normalpun bisa membuat posisimu lebih turun lagi.

Sisa waktu kehamilan kemudian kita jalani dengan menyenangkan, serius, menyenangkan. Kamu kuat. Jauh lebih kuat dari yang kami kira. Tanpa rasa mual, muntah ataupun pegal berlebihan. Tidak minum susu ibu hamil. Tanpa pantangan makanan (bahkan makanan pedas dan nanas pun masuk perut dengan lancar). Tetap beraktfitas mandiri dengan normal, kecuali untuk pekerjaan yang membutuhkan posisi (duduk) berjongkok.

Memasuki bulan kelima kehamilan, kondisi pekerjaan Pakbu mengharuskan kami tinggal terpisah. Dari Makassar, Pakbu pindah ke Jakarta. Sementara Bubu balik lagi ke Bali dan mulai bekerja kantoran lagi. Di Bali, kita tinggal bersama dengan Gusi (kakek) dan Mbah Ibu (nenek) mu. Sejak mulai bekerja kantoran lagi, Bubu biasa menyetir sendiri kemana-mana. Perjalanan rumah-kantor yang ditempuh dalam waktu 20-45 menit (tergantung kondisi lalu lintas) benar-benar menjadi quality time bagi Bubu dan Raya. Bubu bicara, kamu menanggapi. Bubu bernyanyi, kamu bergoyang. Bubu nyinyir, kamu bergerak.

 Foto oleh : AngWi Photography

Hari itu, Jumat (2015/10/16) tidak Bubu rencanakan sebagai hari terakhir bekerja (sebelum masuk masa cuti hamil). Bubu masih bekerja normal, setir kendaraan sendiri, beraktifitas seperti biasa. Masih ingat nak? Semenjak usia kehamilan tujuh bulan setiap sore kita selalu jalan sore di lapangan Renon. Sepatu kets dan baju kantor (terkadang kemeja). Dua putaran jalan cepat, kurang lebih 2,4 km. Terkadang jagung bakar pedas atau lumpia pedas sesudahnya.


Sabtu 2015 10 17
Bangun pagi. Jalan keliling kompleks perumahan. Bermalas-malasan sampai siang menjelang. Keluar flek. Bubu langsung ke rumah sakit untuk periksa. Alhamdulillah sudah bukaan satu nak. Rasanya deg-degan. Tidak sabar. Antara tidak sabar ingin bertemu kamu dan deg-degan menunggu rasa sakit yang akan datang. Sabtu sore, Gusi Titi dan Mbah Ibu Titi datang untuk menginap. Menunggui kedatanganmu. Sementara Gusi dan Mbah Ibu mu masih di luar pulau. Sabtu malam, Pakbu tiba di Bali dengan tiket pesawat paling cepat yang bisa didapat.

-Anak pertama biasanya bukaannya lama....Baru bukaan 1 kan? Masih 3 atau 4 hari lagi tu...-

Minggu 2015 10 18
Minggu pagi. Sudah ada Pakbu yang siaga menemani. Berangkat senam hamil di rumah sakit sekaligus cek kondisi denyut jantung dan pergerakanmu. Denyut jantung normal, dan (seperti biasa) kamu sangat aktif. Pulang senam, masih sempat mampir ke pasar Badung untuk membeli sisa perlengkapanmu. Sorenya, kembali periksa di rumah sakit karena ada flek lagi. Sudah bukaan dua nak. Pulang dari rumah sakit bukannya langsung pulang, malah langsung ke pantai Sanur. Pacaran. Hahahahaha....

Foto kaki Pakbu (kiri) dan Bubu (kanan), hampir sama besarnya


Senin 2015 10 19

03.00, terbangun karena perut mulai terasa sakit. Buru-buru berangkat ke rumah sakit. Bubu kira sudah bukaan besar, anak pertama jadi masih belum tahu seperti apa jika sudah bukaan banyak. Tapi ternyata masih bukaan dua mau ke tiga. Sempat ditawari untuk ambil kamar saja daripada bolak-balik. Tapi diam di rumah sakit dalam kondisi yang asing sambil menahan sakit juga bukan hal yang baik. Kembali pulang dan lanjut tidur.

06.00. Kembali terbangun karena sakit perut. Tapi kali ini lebih intens. Pakbu yang sibuk mengukur frekuensi sakitnya, sambil membujuk-bujuk bubu untuk bangun dari kasur segera ke rumah sakit. sementara Bubu masih masih mengantuk dan sibuk berusaha tidur kembali sambil menahan sakit.

07.00. Akhirnya kami putuskan untuk berangkat saja ke rumah sakit. Dan alamak, itu jam berangkat kerja di hari Senin. Entah jam berapa tiba di rumah sakit, yang pasti rasanya perjalanannya cukup lama. Bubu turun sendiri di porte cochere rumah sakit sambil membawa tas dokumen (isinya mulai dari buku dokter sampai kuitansi kamar rumah sakit). Sementara Pakbu langsung mencari parkiran. Jalan ke meja resepsionis sendiri. Jalan ke ruang bersalin juga sendiri, padahal ada suster yang mendampingi. Bubu sendiri bingung, harus dipegangi di bagian mana agar sakitnya berkurang. Naik bed, kemudian dicek lagi. Bukaan empat, meskipun posisi Raya masih belum turun ke panggul.
Air ketuban pecah segera setelah suster membuka sarung tangan usai memeriksa bukaan. Pecah, kemudian berhenti mengalir. Tanda bagus katanya. Kepalamu sudah masuk rongga panggul, sudah di jalan lahir. Sedikit lagi. Sedikit lagi, kita bertemu nak.
Bukan 5, 6, 7, 8 dan seterusnya berlangsung dengan cepat.

8.19. Ditunggui Pakbu sejak awal, Manggala Raya Awra Istanto lahir, normal spontan. Berat 3,04 panjang 50 cm.Sepuluh hari lebih awal dari HPL.

Raya sesaat setelah lahir, sewaktu proses IMD


Terima kasih nak. Terima kasih sudah membuat prosesnya menjadi begitu cepat dan mudah. Terima kasih sudah berusaha mencari jalanmu.


Raya umur 1 hari

No comments:

Post a Comment