Setelah perjuangan meng-ASI-hi bersama selama 2 tahun2 bulan, hari Minggu 3 Desember 2016 menjadi hari pertama Raya benar-benar terbebas dari
keinginannya untuk menyusui.
sapih2/sa·pih/ v, menyapih/me·nya·pih/ v 1 menyarak (menghentikan anak menyusu):
Menyapih ini sulit.
Menurut saya bahkan jauh lebih sulit daripada ketika saya ngotot meng-ASI-hi
Raya. Memisahkan anak (dan ibunya) dari zona nyaman yang dia pahami sejak
lahir sampai sebesar ini bukan hal yang mudah. Kegiatan menyusui ini, tanpa
saya sadari, sudah menjadi 'candu'. Ada ego yang terpuaskan, perasaan
'dibutuhkan' selama kegiatan menyusui memang bener-bener bikin ketagihan.
Jangan lupa, kepraktisan tingkat dewa yang ditawarkan kegiatan menyusui ini
juga mengakibatkan efek ketergantungan bukan kepalang.
Sakit? sodorin nyonyok*.
GTM? Sodorin nyonyok.
Rewel? Sodorin nyonyok.
Naik pesawat? Sodorin nyonyok.
90% permasalahan anak besar selesai dengan nyonyok ;D
Saya dan suami bertekad untuk menerapkan menyapih dengan cinta atau weaning with love (WWL). Kesulitan utama dari WWL ini ialah bahwa si
anak harus lepas menyusui benar-benar dari kemauannya sendiri. Selain itu,
keikhlasan bapak dan ibu juga memegang peranan penting dalam proses menyapih. Dan
(lagi-lagi) pegangan ber-WWL kami hanya dokumen-dokumen dari AIMI ASI, karena
lingkungan sekitar kami belum ada yang menerapkan WWL dalam menyapih anaknya.
Kami mulai 2 bulan sebelum Raya berulang tahun ke-2, pengurangan
frekuensi menyusui demi WWL yang sukses mulai saya lakukan. Perlahan-lahan,
agar Raya tidak merasa kehilangan dan tidak kaget. Juga dengan tujuan agar produksi ASI di payudara pelan-pelan
mulai berkurang.
2 minggu pertama tanpa kunjungan menyusui di siang hari.
Raya baik-baik saja. Bahkan mulai menolak ketika ditawari ASIP. Kemudian, ASIP
di kulkas menumpuk karena Raya benar-benar tidak mau minum ASIP. 'Aya mik ain
aja', begitu jawabnya setiap disodori ASIP. Good job nak :*
Frekuensi memompa ASI selama jam kantor pun mulai dikurangi pelan-pelan.
Pompa - menyusui siang - pompa
pompa - pompa
pompa siang/sore saja sesuai kesibukan
berhenti pompa
Sukses. Raya baik-baik aja tanpa ASIP, tanpa nyonyok siang. Aktifitas
tetap normal, bahkan tambah aktif. Tidak rewel. Nafsu makannya juga
makin bertambah.
3 minggu sejak kunjungan siang berhenti, tiap jam
pulang kantor, Raya langsung nempel untuk menyusui. Setelah semua kegiatan sore
dilakukan untuk mengalihkan perhatian Raya dari nyonyok Ibu (kesukaannya adalah
bersepeda di sore hari), akhirnya Raya berhenti menyusui di sore hari. Tidak
pernah meminta lagi, meskipun ibu kadang pulang lebih awal di sore hari bahkan
sempat menemani Raya bermain sepeda.
Kemudian, sampai pada masa dimana kegiatan menyusui
dilakukan saat waktu tidur malam saja. Menyapih waktu tidur malam ini yang
paling susah, karena Raya selalu tidur malam dalam posisi menyusui dan sampai sekarang Raya masih tidur sama ibuk dan bapak.
Segala cara kami lakukan untuk mengalihkan perhatian Raya dari kegiatan menyusui.
1. Mengalihkan Raya dengan permainan atau buku cerita
setiap mau tidur.
2. Memberikan sugesti positif setiap tidur.
Kalimat 'anak besar anak pinter bubuk
sendiri. Anak besar anak pinter klo ngantuk langsung bubuk. Anak besar anak
pinter klo haus mimik air putih'. Berulang-ulang. Awal-awal disugesti, anaknya
masih diem kalo ditanyain 'siapa anak
besar pinter?'. Tapi lama-lama, akhirnya teriak paling kenceng sampe ngangkat
tangan 'AYAAAA!!!', gitu katanya.
3. Menawarkan 'Raya mau bubuk peluk, bubuk puk puk,
atau bubuk gendong?' setiap anak besar mengeluarkan gesture mau menyusui
4. Mengajarkan Raya bilang 'dadah nyonyok' tiap
malem mau bubuk dan pagi baru bangun. Ini juga setelah berkali-kali diajak,
baru anaknya mau ikut dadah dadah. Dari ga mau niruin, ikut niruin dengan suara
lirih, sampai akhirnya semangat 45 ikut teriak.
5. Yang paling berjasa disini, adalah bapaknya.
Ketika ibuk sudah kehabisan akal mbujuki si anak lanang. Bapaknya dengan sigap
mengambil alih situasi. Mulai dari gendong, bacain cerita, ikut pukpuk. Bahkan
sigap bangun tengah malem ketika anaknya bangun. Siap dengan botol air putih
dan lagu nina bobo. Ini klo bapak ga ada, ga kebayang gimana susahnya menyapih
Raya.
Perjalanannya tidak semulus list di atas. Ada malam dimana
Raya mengamuk karena ASI yang keluar tidak sederas malam-malam sebelumnya, dan
ketika lelah dia cuma bisa bersuara lirih 'ga ada shushunya ibuk'. Ada
malam-malam dimana dia tertidur tanpa menyusui, tapi malamnya mengigau 'Aya mau
nyonyok ibuk..Aya mau nyonyok Ibuk'. Ada malam dimana Ibuk harus tidur menahan
kesemutan, karena anak lanang milih tidur bubuk peluk di atas badan ibuk sampai
dini hari. Ada malam-malam dimana bapak dan ibuk berdiskusi agak keras soal teknik
menyapih yang baru saja dilakukan.
Jadi, memang betul kalau hasil tidak pernah mengkhianati
usaha. Raya usia 2 tahun 2 bulan ..... Sudah bisa tidur malam tanpa menyusu lagi.
Sudah bisa memilih sendiri, antara mau bubuk pukpuk atau bubuk peluk. Bangun
tengah malam, sudah langsung duduk cari botol minum sendiri. Habis minum,
lanjut tidur lagi. Begitu terus. Bahkan belakangan sudah tidak pernah bangun tengah malam untuk minum lagi.
Proses WWL yang kami jalani memang tidak sepenuhnya sempurna sesuai dengan teori-teori yang ada, tapi ini yang terbaik yang bisa kami bertiga lakukan ya.
Terima kasih sudah mau bekerja sama dengan baik, nak.
Terima kasih juga buat Bapak, sudah menjadi bapak siaga
sampai saat ini. Terima kasih sudah mau bekerja sama.
*nyonyok : payudara (bahasa Bali)
No comments:
Post a Comment