Tulisan
kali ini masih dalam rangka euforia ulang tahun Raya ke-2 dan euforia
keberhasilan Raya menyusui selama 2 tahun tanpa bantuan susu formula. Untuk
ibu-ibu muda di luar sana yang akan dan sedang berjuang. :)
Menyusui
tidaklah selalu mudah, namun memperjuangkannya tak akan sia-sia.
Awalnya
saya pede akan bisa menyusui Raya dengan normal dan lancar. Bagaimanapun,
menyusui adalah proses alami kan ya. Apalagi Raya lahir normal spontan, dengan
kondisi sehat. Ngerasa pede, karena sudah membaca artikel dan buku-buku soal
menyusui. Ngerasa pede, karena sudah nanya-nanya pengalaman (positif negatif)
ke temen-temen yang sukses (maupun yang tidak berhasil) menyusui sampai 2
tahun. Ngerasa pede, karena dapet dokter SpOG1 yang pro menyusui.
Pokoknya jumawa dan pede. Haha....
Sejak
lahir, Raya saya usahakan untuk mendapatkan sebaik-baiknya pengkondisian agar
bisa mendapatkan ASI2 secara optimal. Dari IMD3,
sampai in room nursery selama masa pemulihan di rumah sakit.
Dokter anak visite, perawat, keluarga, semuanya saya informasikan sejak awal
bahwa saya berniat memberikan ASI saja pada Raya. Untuk mencegah saran-saran
yang bikin psikis down. Pokoknya sudah 'mengeraskan kepala'
dan menebalkan tekad, dengan berpegangan teguh pada artikel-artikel AIMI4
dan textbook Infant & Young Child Feeding WHO.
Semua tekanan lingkungan yang menyarankan
apa-apa yang tidak sesuai dengan panduan berhasil kami hadapi (dengan senyum
atapun dengan bantahan). Ngomel-pun menjadi salah satu guilty
pleasure kala itu :)
Sampai
kemudian, tangisan Raya karena lapar tidak kunjung berhenti. Hari ke-3, BAK5-nya
hanya 1 kali. Berat badannya mulai turun. Tidurpun karena lelah menangis, bukan
karena kenyang yang nyaman. Kami panik. Kunjungan ke dokter anak kami lakukan
pada saat Raya berumur 3 hari. Evaluasi dan wawancara mendalam dilakukan
dokter anak pada kami. Mulai dari pola konsumsi saya (ibunya) sampai kegiatan
sehari-hari kami. Kesimpulannya, perlekatan Raya kurang baik dan saya ibunya
kurang minum.
Malamnya,
kami pulang dari tempat praktek dokter dengan segudang PR. Saya, ibunya juga
harus minum air putih minimal 2,4 liter sehari. Menyusui setiap 2 jam sekali.
Memastikan dan melatih perlekatannya baik. Memastikan BAK nya 6 kali atau lebih
dalam 24 jam.
Kami
kemudian memutuskan untuk menemui seorang dokter yang juga konselor laktasi
untuk melakukan sesi pelatihan perlekatan. Janji via sms kami buat. Awalnya,
semua berlangsung normal. Evaluasi dan wawancara seperti biasanya jika
melakukan kunjungan ke dokter. Sampai kemudian pada pemeriksaan fisik rongga
mulut Raya.
Raya ternyata punya lip tie sekaligus tongue tie tipe 2.
Tongue Tie. Sumber gambar : disini |
Lip Tie. Sumber gambar : disini |
Dua hal yang tidak
saya baca dengan detail karena terlalu jumawa :) Awalnya kami memilih untuk
melakukan terapi perbaikan perlekatan. Perlahan-lahan. Mencoba semua posisi
menyusui mulai dari gendong, posisi tiduran, berdiri, duduk dipangku.
Mempersering skin to skin contact. Mengajak Raya bicara. Sayapun
mulai memperbaiki pola makan, rajin minum air putih, berusaha lebih santai dan
tenang. Suami juga tak kalah semangat. Dia melakukan semua yang dia bisa.
Memijit saya, membantu mengurus Raya, bahkan memberikan asip6 (suplementasi)
ketika Raya tidak puas menyusui, menemani, semuanya.
gini loh caranya bapak Raya ngasi asip waktu itu, tapi pake jari tangannya (yang sudah dibersihkan tentunya) bukan pake puting :) Sumber gambar : disini |
Setelah
semua usaha, tetap tidak terjadi perbaikan yang signifikan pada proses menyusui
Raya. Dia masih tertidur karena lelah menangis dan lapar, ngemut ketika
menyusui, menyusu pada puting, dan puting pecah yang semakin perih dan keluar
darah memperparah keadaan.
Bisa saja kami menyerah. Memberikan asip
via dot. Atau bahkan memberikan sufor agar Raya lebih tenang.
Setelah
sesi konsultasi dan terapi pelatihan perlekatan pada Raya, saya dan suami
akhirnya memutuskan untuk melakukan frenotomy pada Raya. Frenotomy, operasi
kecil pemotongan selaput di bawah lidah dan selaput bibir atas. Dilakukan
dengan sangat cepat dalam ruang praktik dokter, tanpa bius. Selesai tindakan,
Raya langsung saya susui untuk menghentikan pendarahan.
Perjuangan
belum selesai disini. Dua minggu pertama setelah tindakan frenotomy adalah
masa-masa krusial. Masa pelatihan perlekatan, masa penyembuhan luka, sambil
tetap dipantau agar bekas frenotomynya tidak menyatu kembali.
Dua
hari setelah tindakan frenotomy, Raya tiba-tiba menyusui dengan perlekatan yang
benar. Tidak terbayang bagaimana leganya perasaan kami waktu itu. Melihat Raya
menyusui dengan lahap. Kemudia tertidur dengan tenang dalam keadaan kenyang.
Proses menyusuipun perlahan menjadi semakin menyenangkan. Rasa sakit di puting
yang hilang, diikuti dengan kesembuhan luka yang timbul sebelumnya. Bahkan,
perlahan tapi pasti berat badannya pun mulai naik.
Alhamdulillah.
Alhamdulillah,
ini menjadi keputusan (menurut kami) besar yang tidak pernah kami sesali sampai
saat ini. Proses ini hanyalah ujian kecil di awal untuk tekad kami memberikan
ASI sampai Raya berumur 2 tahun nanti. Awal dari perjuangan mengASIhi yang berat, dan sekarang berakhir indah.
1. SpOG : Spesialis
Obstetri & Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan).
2. ASI : air susu ibu
3. IMD : inisiasi menyusui dini
4. AIMI : Asosiasi Ibu Menyusui
Indonesia
5. BAK : buang air kecil
6. Asip : ASI perah
No comments:
Post a Comment