Duo Serigala
Kemarin, seharian ngeliat ini foto seliweran di explore IG. Beberapa akun gosip IG bahkan juga mengangkat foto ini, beberapa dengan lingkaran merah memperjelas maksudnya. Pertama kali lihat, sebagai sesama perempuan saya merasa kasihan. Dalam pikiran saya, uang dan ketenaran yang didapat dari pamer tetek seperti itu tentunya tidak sebanding. Meskipun mungkin itu menyembul tanpa sengaja.
Dalam logika saya. Tetapi saya bisa saja salah.
Foto tersebut saya printscreen. Saya kirim ke suami. Saya
tunggu tanggapannya.
Logika saya, sebagai lelaki, dia tentunya menikmati hal-hal
semacam itu.
Saya salah, dia seorang bapak sekarang. Risih. Jijik.
Prihatin. Jangan salah sangka dengan mengira reaksi suami seperti itu karena
saya yang bertanya. Sejak awal, hubungan kami terbuka. Suami tidak sungkan
mengungkapkan pujiannya pada perempuan cantik atau berbadan bagus di depan
saya. Vice versa, sayapun demikian.
Tidak mau terlalu dalam mengutuki orang-orang yang mencari
uang di jalan itu. Saya yakin, mereka tidak sendiri. Mengutuki dan sumpah
serapah tidak akan mengubah keadaan apapun. Mendoakan mereka, apalah arti doa
saya yang jauh dari sempurna ini.
Diskusi ringan sore itu membulatkan tekad kami sebagai orang
tua.
Anak, lelaki atapun perempuan, diberi pendidikan yang bagus.
Kasi ilmu agama yang baik. Kasi dorongan positif biar bakatnya berkembang.
Dikasi rumah yang homey biar anaknya bahagia. Diberi ruang positif untuk
pengembangan ide-idenya. Memiarkan anak tumbuh menjadi manusia mandiri.
Berdoa dan mendidik ke arah kebaikan. Sambil terus berusaha
memperbaiki diri.
Banyak ya keinginannya?
Doa kami, agar anak(-anak) nantinya menjadi manusia dewasa
utuh dan bahagia. Hingga ga perlu sampe melakukan hal-hal negatif semacam itu
hanya untuk penghidupan dan gaya hidup.
Semoga semesta mendengar dan membantu kami mewujudkannya.
Insya Allah.
No comments:
Post a Comment