Friday, 16 March 2012

Owl Pastel Galau


Senangnya bekerja di kantor yang juga punya galeri sebagai sampingannya. Jadi bisa curi-curi nonton kalau pas acaranya bagus dan kerjaan kantor lagi numpuk ;)

Kemarin malam (2012 03 15), ketika saya dan beberapa kawan seharusnya bergelut dalam pekerjaan tambah, memutuskan untuk menonton acara Obral (Obrolan Rabu Malam) di galeri kantor.  Sambil menunggu makan malam dengan menu yang berputar sama tiap lembur. Sepertinya memang harus nonton, karena makanan malam itu datangnya lama sekali… Mana bisa kerja kalau perut lapar??

Yang jadi bintang tamunya si bang Pablo Ientile. Pablo ini adalah seorang Illustrator dan motion graphic designer yang tinggal dan bekerja di Madrid dan Berlin. Saat ini, Pablo sedang melaksanakan ‘misi suci’ Illustration around the world, yaitu melakukan perjalanan, merekam lewat gambar dan sketsa dan berjumpa artis serta desainer di negara-negara atau tempat yang disinggahinya. Yang rencananya akan dibukukan pada pertengahan tahun ini.
Kesempatan untuk berkeliling dunia dan bertemu dengan orang-orang yang memiliki ide dan semangat yang sama. Menyenangkan. Saya mau kehidupan macam itu.

Oke, back to reality. Makan malam lemburan bersama kawan. Diantara keremangan lampu kantor. Makan malam di meja yang penuh dengan kertas bertinta. Menu makanan yang berputar kembali, dan obrolan ringan tentang masa depan. Ada seorang kawan yang bercita-cita jadi sosialita loh. Saya juga mau, sosialita enak. Setiap hari besenang-senang. Dari satu arisan ke arisan lainnya, dari satu pesta ke pesta lainnya.


Pekerjaan tambah selesai bertepatan dengan selesainya acara di galeri. Menyempatkan diri berfoto bersama Pablo dan kawan senasib sepenanggungan lemburan sebelum pulang ke rumah. Pulang ke rumah dalam keadaan mengantuk sangat. Ingin segera tidur.

22.15 Rumah. Ganti baju langsung menuju kasur nyaman, buat bubu.

22.45 Terbangun karena kedatangan adek saya yang paling kecil. Abegeh unyu penggalau. Tambah tidak bsas tidur mendengar deru ekor Lua di balik tembok kamar. Terjaga.

23.08 Memutuskan bangun, cuci muka dan minum air putih kemudian lanjutkan tidur. Voila…rasa ngantuk sudah pergi ternyata. Kertas  hvs bekas – sket – sket ditemani curhatan khas abegeh yang ditimpali sindiran ejekan khas kakak laki-laki yang sedang galau tesis.

23.20 scan – photoshop. Masih dengan latar belakang curhatan abegeh unyuh dan kakak laki-lakinya.

00.56 Jadi deh…Owl Pastel Galau ;)



Rupanya, tanpa sadar, saya terpengaruhi semangat si abang Pablo. Seumur-umur baru kali ini saya semangat bikin sket yang langsung diselesaikan jam itu juga.

Curhatan galau abegeh unyu dan semangat positif illustrator kreatif…kapan lagi??

;)



Matahari terbenam, hari mulai malam….
Terdengar burung hantu suaranya merdu….
Hu hu..hu hu…hu hu.. hu hu hu hu…

Sunday, 4 March 2012

2012 02 25 Pasar Badung

Sejak kecil saya tidak pernah suka kalau mama mengajak saya ke pasar. Saya dua kali pindah rumah, dan entah kenapa keduanya dekat dengan pasar tradisional. Bayangan pasar tradisional yang becek, kumuh, bau, ramai selalu berhasil menyurutkan bakti saya pada mama (untuk mengantarnya ke pasar) ;)

Malam itu saya tiba-tiba saja mengusulkan untuk pergi ke Pasar Badung. Setelah lama tidak pergi berdua, pasar tradisional tentunya bukan tempat romantis untuk menghabiskan malam berdua. Tapi, kami berdua memang bukan pasangan romantis yang menghabiskan malam dengan saling memuji dan mengumbar kata-kata cinta.


Segelas kopi dan sepiring tipat santok ini menjadi pengantar petualangan kami malam itu. Lampu bohlam remang dengan suara percakapan seru khas ibu-ibu antara ibu penjual dan pembelinya yang lain. Suasana akrab antara pedagang dan pembeli.

Seorang gadis kecil merengek kepada ibunya yang sedang menunggu giliran pesanan tipat santok. Minuman dalam kemasan berwarna-warni menarik perhatiannya. Merengek dan berteriak lebih keras ketika ibunya tidak mempedulikan permintaannya. Tanpa menghentikan pekerjaannya, ibu penjual menjawab ‘be ade nak kal meli to geg, sing dadi jemak(sudah ada yang beli itu nak, tidak boleh diambil)
Saya terkejut. Seorang ibu penjual tipat santok, yang omsetnya tidak seberapa, memilih untuk kehilangan pendapatan daripada kehilangan kepercayaan pelanggan ;) 

 Dari sini, pasar terlihat penuh warna. Warna yang menarik-narik saya untuk segera masuk ke dalamnya dan menjelajah disana ;)

Dan membiarkan pikiran saya terbang kesana-kemari mengartikan objek yang tertangkap mata.  Di tengah pasar yang makin malam makin ramai. Pasar tradisional yang bersahaja, yang juga tak pernah lupa, dengan caranya sendiri, untuk mengingat sang pencipta.




Menjelajah setapak diantara lapak pedagang. Menikmati wangi kelapa serut yang tiba-tiba tergantikan aroma amis kaki ayam. Percakapan tawar menawar antara pedagang dan pembeli, keluhan pedagang tentang mahalnya uang sekolah, pembeli yang marah karena harga terlalu mahal, tanpa musik dangdut yang menjadi trade mark pasar tradisional.

Melewati  jembatan saya menyebrang menuju ke sisi seberang dari pasar. Berjalan diantara tumpahan air rendaman ikan. Terkejut karena menemukan penjual jaje bali (jajanan khas Bali) diantara ibu-ibu pengupas kulit ikan. Terus berjalan sampai ke sudut gelap pasar yang tak terjamah keramaian. 

  


Berjalan kaki disini harus hati-hati. Selain ramai dan becek juga harus waspada pada kendaraan bermotor. Jalan diantara lapak pedagang itu merupakan hak milik bersama antara pejalan kaki, kendaraan niaga, dan sepeda motor. 



Kemudian memutuskan untuk naik ke lantai atas salah satu bangunan pasar yang sudah tutup.
Dari sisi dan ketinggian ini, saya dapat melihat kearah keramaian pasar dari perspektif yang berbeda. Menjadi istimewa karena malam itu kami berada di ketinggian ini secara ilegal. Melihat kearah salah satu jembatan yang menghubungkan dua bagian pasar ini. 
Tidak ada suara musik khas pasar malam, hanya suara percakapan, klakson motor, dan langkah kaki yang terdengar dari atas sini. 
Somehow, it feels so great up here.




Ternyata, saya menikmati ketidakteraturan sequence yang saya rasakan disini ;)