Babi merah muda dan kembang mawar...ada yang lebih romantis lagi??
Saturday, 27 October 2012
Friday, 16 March 2012
Owl Pastel Galau
Senangnya bekerja di kantor yang juga punya galeri sebagai
sampingannya. Jadi bisa curi-curi nonton kalau pas acaranya bagus dan kerjaan
kantor lagi numpuk ;)
Kemarin malam (2012 03 15), ketika saya dan beberapa kawan
seharusnya bergelut dalam pekerjaan tambah, memutuskan untuk menonton acara
Obral (Obrolan Rabu Malam) di galeri kantor. Sambil menunggu makan malam dengan menu yang
berputar sama tiap lembur. Sepertinya memang harus nonton, karena makanan malam
itu datangnya lama sekali… Mana bisa kerja kalau perut lapar??
Yang jadi bintang tamunya si bang Pablo Ientile. Pablo ini adalah seorang Illustrator dan motion
graphic designer yang tinggal
dan bekerja di Madrid dan Berlin. Saat ini, Pablo sedang melaksanakan ‘misi
suci’ Illustration around the world,
yaitu melakukan perjalanan, merekam lewat gambar dan sketsa dan berjumpa artis
serta desainer di negara-negara atau tempat yang disinggahinya. Yang rencananya
akan dibukukan pada pertengahan tahun ini.
Kesempatan untuk berkeliling dunia dan bertemu dengan
orang-orang yang memiliki ide dan semangat yang sama. Menyenangkan. Saya mau
kehidupan macam itu.
Oke, back to reality. Makan malam lemburan bersama kawan.
Diantara keremangan lampu kantor. Makan malam di meja yang penuh dengan kertas
bertinta. Menu makanan yang berputar kembali, dan obrolan ringan tentang masa
depan. Ada seorang kawan yang bercita-cita jadi sosialita loh. Saya juga mau,
sosialita enak. Setiap hari besenang-senang. Dari satu arisan ke arisan
lainnya, dari satu pesta ke pesta lainnya.
Pekerjaan tambah selesai bertepatan dengan selesainya acara
di galeri. Menyempatkan diri berfoto bersama Pablo dan kawan senasib
sepenanggungan lemburan sebelum pulang ke rumah. Pulang ke rumah dalam keadaan
mengantuk sangat. Ingin segera tidur.
22.15 Rumah. Ganti baju langsung menuju kasur nyaman, buat
bubu.
22.45 Terbangun karena kedatangan adek saya yang paling
kecil. Abegeh unyu penggalau. Tambah tidak bsas tidur mendengar deru ekor Lua
di balik tembok kamar. Terjaga.
23.08 Memutuskan bangun, cuci muka dan minum air putih
kemudian lanjutkan tidur. Voila…rasa ngantuk sudah pergi ternyata. Kertas hvs bekas – sket – sket ditemani curhatan khas
abegeh yang ditimpali sindiran ejekan khas kakak laki-laki yang sedang galau
tesis.
23.20 scan – photoshop. Masih dengan latar belakang curhatan
abegeh unyuh dan kakak laki-lakinya.
00.56 Jadi deh…Owl Pastel Galau ;)
Rupanya, tanpa sadar, saya terpengaruhi semangat si abang
Pablo. Seumur-umur baru kali ini saya semangat bikin sket yang langsung
diselesaikan jam itu juga.
Curhatan galau abegeh unyu dan semangat positif illustrator
kreatif…kapan lagi??
;)
Matahari terbenam, hari mulai malam….
Terdengar burung hantu suaranya merdu….
Hu hu..hu hu…hu hu.. hu hu hu hu…
Wednesday, 7 March 2012
Sunday, 4 March 2012
2012 02 25 Pasar Badung
Sejak kecil saya tidak pernah suka kalau mama mengajak saya
ke pasar. Saya dua kali pindah rumah, dan entah kenapa keduanya dekat dengan
pasar tradisional. Bayangan pasar tradisional yang becek, kumuh, bau, ramai
selalu berhasil menyurutkan bakti saya pada mama (untuk mengantarnya ke pasar)
;)
Malam itu saya tiba-tiba saja mengusulkan untuk pergi ke
Pasar Badung. Setelah lama tidak pergi berdua, pasar tradisional tentunya bukan
tempat romantis untuk menghabiskan malam berdua. Tapi, kami berdua memang bukan
pasangan romantis yang menghabiskan malam dengan saling memuji dan mengumbar
kata-kata cinta.
Segelas kopi dan sepiring tipat santok ini menjadi pengantar
petualangan kami malam itu. Lampu bohlam remang dengan suara percakapan seru khas ibu-ibu antara ibu penjual dan pembelinya yang lain. Suasana akrab antara pedagang
dan pembeli.
Seorang gadis kecil merengek kepada ibunya yang sedang
menunggu giliran pesanan tipat santok. Minuman dalam kemasan berwarna-warni
menarik perhatiannya. Merengek dan berteriak lebih keras ketika ibunya tidak
mempedulikan permintaannya. Tanpa menghentikan pekerjaannya, ibu penjual
menjawab ‘be ade nak kal meli to geg, sing dadi jemak’ (sudah ada yang beli itu nak, tidak boleh diambil)
Saya terkejut. Seorang ibu penjual tipat santok, yang
omsetnya tidak seberapa, memilih untuk kehilangan pendapatan daripada
kehilangan kepercayaan pelanggan ;)
Dan membiarkan pikiran saya terbang kesana-kemari
mengartikan objek yang tertangkap mata.
Di tengah pasar yang makin malam makin ramai. Pasar tradisional yang
bersahaja, yang juga tak pernah lupa, dengan caranya sendiri, untuk mengingat sang pencipta.
Menjelajah setapak diantara lapak pedagang. Menikmati wangi
kelapa serut yang tiba-tiba tergantikan aroma amis kaki ayam. Percakapan tawar
menawar antara pedagang dan pembeli, keluhan pedagang tentang mahalnya uang
sekolah, pembeli yang marah karena harga terlalu mahal, tanpa musik dangdut
yang menjadi trade mark pasar tradisional.
Melewati jembatan saya
menyebrang menuju ke sisi seberang dari pasar. Berjalan diantara tumpahan air
rendaman ikan. Terkejut karena menemukan penjual jaje bali (jajanan khas Bali) diantara ibu-ibu
pengupas kulit ikan. Terus berjalan sampai ke sudut gelap pasar yang tak
terjamah keramaian.
Berjalan kaki disini harus hati-hati. Selain ramai dan becek juga harus waspada pada kendaraan bermotor. Jalan diantara lapak pedagang itu merupakan hak milik bersama antara pejalan kaki, kendaraan niaga, dan sepeda motor.
Kemudian memutuskan untuk naik ke lantai atas salah satu bangunan pasar yang sudah tutup.
Dari sisi dan ketinggian ini, saya dapat melihat kearah keramaian
pasar dari perspektif yang berbeda. Menjadi istimewa karena malam itu kami berada di ketinggian ini secara ilegal. Melihat kearah
salah satu jembatan yang menghubungkan dua bagian pasar ini.
Tidak ada suara
musik khas pasar malam, hanya suara percakapan, klakson motor, dan langkah
kaki yang terdengar dari atas sini.
Somehow, it feels so great up here.
Ternyata, saya menikmati ketidakteraturan sequence yang saya rasakan disini ;)
Subscribe to:
Posts (Atom)