Manggala Raya
Raya adalah anugerah pertama dalam kehidupan pernikahan kami,
yang langsung hadir setelah menikah tanpa jeda waktu menunggu. Meskipun sempat
ada flek pada masa awal kehamilan, sebab Pakbu dan Bubu bahkan belum tahu jika
kamu sudah ada. Bubu yang waktu itu bekerja full time dari rumah belum punya
meja dan kursi kerja yang memadai, jadi sering bekerja dengan laptop sambil
melantai ataupun duduk dengan posisi jongkok. Bahkan kami sempat bepergian
dengan sepeda motor (3 jam sekali perjalanan - 6 jam pulang pergi) melewati
jalanan yang tidak bisa dibilang mulus.
Alhasil, posisi Raya turun dari tempat seharusnya. Bedrest
seminggu penuh pun Bubu jalani. Untuk Bubu yang selalu bergerak, berat loh harus diam di tempat tidur sepanjang hari
tanpa rasa sakit. Sedikit gerak yang dirasa normalpun bisa membuat posisimu
lebih turun lagi.
Sisa waktu kehamilan kemudian kita jalani dengan
menyenangkan, serius, menyenangkan. Kamu kuat. Jauh lebih kuat dari yang kami
kira. Tanpa rasa mual, muntah ataupun pegal berlebihan. Tidak minum susu ibu
hamil. Tanpa pantangan makanan (bahkan makanan pedas dan nanas pun masuk perut
dengan lancar). Tetap beraktfitas mandiri dengan normal, kecuali untuk
pekerjaan yang membutuhkan posisi (duduk) berjongkok.
Memasuki bulan kelima kehamilan, kondisi pekerjaan Pakbu
mengharuskan kami tinggal terpisah. Dari Makassar, Pakbu pindah ke Jakarta.
Sementara Bubu balik lagi ke Bali dan mulai bekerja kantoran lagi. Di Bali,
kita tinggal bersama dengan Gusi (kakek) dan Mbah Ibu (nenek) mu. Sejak mulai
bekerja kantoran lagi, Bubu biasa menyetir sendiri kemana-mana. Perjalanan
rumah-kantor yang ditempuh dalam waktu 20-45 menit (tergantung kondisi lalu
lintas) benar-benar menjadi quality time bagi Bubu dan Raya. Bubu bicara, kamu
menanggapi. Bubu bernyanyi, kamu bergoyang. Bubu nyinyir, kamu bergerak.
Foto oleh : AngWi Photography
Hari itu, Jumat (2015/10/16) tidak Bubu rencanakan sebagai
hari terakhir bekerja (sebelum masuk masa cuti hamil). Bubu masih bekerja
normal, setir kendaraan sendiri, beraktifitas seperti biasa. Masih ingat nak? Semenjak
usia kehamilan tujuh bulan setiap sore kita selalu jalan sore di lapangan
Renon. Sepatu kets dan baju kantor (terkadang kemeja). Dua putaran jalan cepat,
kurang lebih 2,4 km. Terkadang jagung bakar pedas atau lumpia pedas sesudahnya.
Sabtu 2015 10 17
Bangun pagi. Jalan keliling kompleks perumahan.
Bermalas-malasan sampai siang menjelang. Keluar flek. Bubu langsung ke rumah
sakit untuk periksa. Alhamdulillah sudah bukaan satu nak. Rasanya deg-degan.
Tidak sabar. Antara tidak sabar ingin bertemu kamu dan deg-degan menunggu rasa
sakit yang akan datang. Sabtu sore, Gusi Titi dan Mbah Ibu Titi datang untuk
menginap. Menunggui kedatanganmu. Sementara Gusi dan Mbah Ibu mu masih di luar
pulau. Sabtu malam, Pakbu tiba di Bali dengan tiket pesawat paling cepat yang
bisa didapat.
-Anak pertama biasanya
bukaannya lama....Baru bukaan 1 kan? Masih 3 atau 4 hari lagi tu...-
Minggu 2015 10 18
Minggu pagi. Sudah ada Pakbu yang siaga menemani. Berangkat senam hamil di rumah sakit sekaligus cek kondisi denyut jantung
dan pergerakanmu. Denyut jantung normal, dan (seperti biasa) kamu sangat aktif.
Pulang senam, masih sempat mampir ke pasar Badung untuk membeli sisa
perlengkapanmu. Sorenya, kembali periksa di rumah sakit karena ada flek lagi.
Sudah bukaan dua nak. Pulang dari rumah sakit bukannya langsung pulang, malah
langsung ke pantai Sanur. Pacaran. Hahahahaha....
Foto kaki Pakbu (kiri) dan Bubu (kanan), hampir sama besarnya
Senin 2015 10 19
03.00, terbangun karena perut mulai terasa sakit. Buru-buru
berangkat ke rumah sakit. Bubu kira sudah bukaan besar, anak pertama jadi masih
belum tahu seperti apa jika sudah bukaan banyak. Tapi ternyata masih bukaan dua
mau ke tiga. Sempat ditawari untuk ambil kamar saja daripada bolak-balik. Tapi
diam di rumah sakit dalam kondisi yang asing sambil menahan sakit juga bukan
hal yang baik. Kembali pulang dan lanjut tidur.
06.00. Kembali terbangun karena sakit perut. Tapi kali ini
lebih intens. Pakbu yang sibuk mengukur frekuensi sakitnya, sambil
membujuk-bujuk bubu untuk bangun dari kasur segera ke rumah sakit. sementara
Bubu masih masih mengantuk dan sibuk berusaha tidur kembali sambil menahan
sakit.
07.00. Akhirnya kami putuskan untuk berangkat saja ke rumah
sakit. Dan alamak, itu jam berangkat kerja di hari Senin. Entah jam berapa tiba
di rumah sakit, yang pasti rasanya perjalanannya cukup lama. Bubu turun sendiri
di porte cochere rumah sakit sambil membawa tas dokumen (isinya mulai dari buku dokter sampai kuitansi kamar rumah sakit). Sementara Pakbu langsung mencari parkiran. Jalan
ke meja resepsionis sendiri. Jalan ke ruang bersalin juga sendiri, padahal ada suster
yang mendampingi. Bubu sendiri bingung, harus dipegangi di bagian mana agar
sakitnya berkurang. Naik bed, kemudian dicek lagi. Bukaan empat, meskipun
posisi Raya masih belum turun ke panggul.
Air ketuban pecah segera setelah suster membuka sarung tangan
usai memeriksa bukaan. Pecah, kemudian berhenti mengalir. Tanda bagus katanya.
Kepalamu sudah masuk rongga panggul, sudah di jalan lahir. Sedikit lagi.
Sedikit lagi, kita bertemu nak.
Bukan 5, 6, 7, 8 dan seterusnya berlangsung dengan cepat.
8.19. Ditunggui Pakbu sejak awal, Manggala Raya Awra Istanto
lahir, normal spontan. Berat 3,04 panjang 50 cm.Sepuluh hari lebih awal dari
HPL.
Raya sesaat setelah lahir, sewaktu proses IMD
Terima kasih nak. Terima kasih sudah membuat prosesnya
menjadi begitu cepat dan mudah. Terima kasih sudah berusaha mencari jalanmu.
Raya umur 1 hari