Wednesday 10 January 2018

Cerita Menyapih Raya

Setelah perjuangan meng-ASI-hi bersama selama 2 tahun2 bulan, hari Minggu 3 Desember 2016 menjadi hari pertama Raya benar-benar terbebas dari keinginannya untuk menyusui.

sapih2/sa·pih/ vmenyapih/me·nya·pih/ v 1 menyarak (menghentikan anak menyusu): 

Menyapih ini sulit. Menurut saya bahkan jauh lebih sulit daripada ketika saya ngotot meng-ASI-hi Raya. Memisahkan anak (dan ibunya) dari zona nyaman yang dia pahami sejak lahir sampai sebesar ini bukan hal yang mudah. Kegiatan menyusui ini, tanpa saya sadari, sudah menjadi 'candu'. Ada ego yang terpuaskan, perasaan 'dibutuhkan' selama kegiatan menyusui memang bener-bener bikin ketagihan. Jangan lupa, kepraktisan tingkat dewa yang ditawarkan kegiatan menyusui ini juga mengakibatkan efek ketergantungan bukan kepalang.

Sakit? sodorin nyonyok*.
GTM? Sodorin nyonyok.
Rewel? Sodorin nyonyok.
Naik pesawat? Sodorin nyonyok.
90% permasalahan anak besar selesai dengan nyonyok ;D

Saya dan suami bertekad untuk menerapkan menyapih dengan cinta atau weaning with love (WWL). Kesulitan utama dari WWL ini ialah bahwa si anak harus lepas menyusui benar-benar dari kemauannya sendiri. Selain itu, keikhlasan bapak dan ibu juga memegang peranan penting dalam proses menyapih. Dan (lagi-lagi) pegangan ber-WWL kami hanya dokumen-dokumen dari AIMI ASI, karena lingkungan sekitar kami belum ada yang menerapkan WWL dalam menyapih anaknya.

Kami mulai 2 bulan sebelum Raya berulang tahun ke-2, pengurangan frekuensi menyusui demi WWL yang sukses mulai saya lakukan. Perlahan-lahan, agar Raya tidak merasa kehilangan dan tidak kaget. Juga dengan tujuan agar produksi ASI di payudara pelan-pelan mulai berkurang.
2 minggu pertama tanpa kunjungan menyusui di siang hari. Raya baik-baik saja. Bahkan mulai menolak ketika ditawari ASIP. Kemudian, ASIP di kulkas menumpuk karena Raya benar-benar tidak mau minum ASIP. 'Aya mik ain aja', begitu jawabnya setiap disodori ASIP. Good job nak :*
Frekuensi memompa ASI selama jam kantor pun mulai dikurangi pelan-pelan.
Pompa - menyusui siang - pompa
pompa - pompa
pompa siang/sore saja  sesuai kesibukan
berhenti pompa

Sukses. Raya baik-baik aja tanpa ASIP, tanpa nyonyok siang. Aktifitas tetap normal, bahkan tambah aktif. Tidak rewel. Nafsu makannya juga makin bertambah.
3 minggu sejak kunjungan siang berhenti, tiap jam pulang kantor, Raya langsung nempel untuk menyusui. Setelah semua kegiatan sore dilakukan untuk mengalihkan perhatian Raya dari nyonyok Ibu (kesukaannya adalah bersepeda di sore hari), akhirnya Raya berhenti menyusui di sore hari. Tidak pernah meminta lagi, meskipun ibu kadang pulang lebih awal di sore hari bahkan sempat menemani Raya bermain sepeda.

Kemudian, sampai pada masa dimana kegiatan menyusui dilakukan saat waktu tidur malam saja. Menyapih waktu tidur malam ini yang paling susah, karena Raya selalu tidur malam dalam posisi menyusui dan sampai sekarang Raya masih tidur sama ibuk dan bapak.
Segala cara kami lakukan untuk mengalihkan  perhatian Raya dari kegiatan menyusui.
1.     Mengalihkan Raya dengan permainan atau buku cerita setiap mau tidur.
2.     Memberikan sugesti positif setiap tidur. Kalimat  'anak besar anak pinter bubuk sendiri. Anak besar anak pinter klo ngantuk langsung bubuk. Anak besar anak pinter klo haus mimik air putih'. Berulang-ulang. Awal-awal disugesti, anaknya masih diem  kalo ditanyain 'siapa anak besar pinter?'. Tapi lama-lama, akhirnya teriak paling kenceng sampe ngangkat tangan 'AYAAAA!!!', gitu katanya.
3.     Menawarkan 'Raya mau bubuk peluk, bubuk puk puk, atau bubuk gendong?' setiap anak besar mengeluarkan gesture mau menyusui
4.     Mengajarkan Raya bilang 'dadah nyonyok' tiap malem mau bubuk dan pagi baru bangun. Ini juga setelah berkali-kali diajak, baru anaknya mau ikut dadah dadah. Dari ga mau niruin, ikut niruin dengan suara lirih, sampai akhirnya semangat 45 ikut teriak.
5.     Yang paling berjasa disini, adalah bapaknya. Ketika ibuk sudah kehabisan akal mbujuki si anak lanang. Bapaknya dengan sigap mengambil alih situasi. Mulai dari gendong, bacain cerita, ikut pukpuk. Bahkan sigap bangun tengah malem ketika anaknya bangun. Siap dengan botol air putih dan lagu nina bobo. Ini klo bapak ga ada, ga kebayang gimana susahnya menyapih Raya.

Perjalanannya tidak semulus list di atas. Ada malam dimana Raya mengamuk karena ASI yang keluar tidak sederas malam-malam sebelumnya, dan ketika lelah dia cuma bisa bersuara lirih 'ga ada shushunya ibuk'. Ada malam-malam dimana dia tertidur tanpa menyusui, tapi malamnya mengigau 'Aya mau nyonyok ibuk..Aya mau nyonyok Ibuk'. Ada malam dimana Ibuk harus tidur menahan kesemutan, karena anak lanang milih tidur bubuk peluk di atas badan ibuk sampai dini hari. Ada malam-malam dimana bapak dan ibuk berdiskusi agak keras soal teknik menyapih yang baru saja dilakukan.

Jadi, memang betul kalau hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Raya usia 2 tahun 2 bulan ..... Sudah bisa tidur malam tanpa menyusu lagi. Sudah bisa memilih sendiri, antara mau bubuk pukpuk atau bubuk peluk. Bangun tengah malam, sudah langsung duduk cari botol minum sendiri. Habis minum, lanjut tidur lagi. Begitu terus. Bahkan belakangan sudah tidak pernah bangun tengah malam untuk minum lagi.
Proses WWL yang kami jalani memang tidak sepenuhnya sempurna sesuai dengan teori-teori yang ada, tapi ini yang terbaik yang bisa kami bertiga lakukan ya. 

Terima kasih sudah mau bekerja sama dengan baik, nak.


Terima kasih juga buat Bapak, sudah menjadi bapak siaga sampai saat ini. Terima kasih sudah mau bekerja sama.




*nyonyok : payudara (bahasa Bali)

No comments:

Post a Comment