Sunday 24 April 2016

Pasta Tumis, pasta dengan kearifan lokal

Pasta tumis

Sabtu menuju sore, waktu terlambat untuk makan siang terlalu cepat untuk makan malam. Buka kulkas, masih ada setengah bungkus spageti. Mendadak pengen makan yang berasa pedas gurih di lidah.  Kumpulkan bahan-bahan yang ada, awalnya mikir mau dimasak ala ala chef di yutub tapi kok bahannya ya begitu. Yasudahlah, akhirnya dimasak seadanya aja. Dan ternyata enak J

Bahan :
Spageti secukupnya untuk 1 porsi ngemil berat (saya pakai yang merek L* F*nte)
Pastanya kira-kira segini banyaknya

Bumbu :
3 siung bawang merah, iris tipis
2 siung bawang putih, keprek, cincang kasar
1 buah tomat, buang bijinya potong dadu
3 buah cabai merah, iris tipis
Garam secukupnya

Topping :
Tahu jawa (tahu yang kalau digoreng dalemnya kosong) dipotong dadu kecil-kecil, digoreng kering.

Cara Pembuatan :
  1.  Panaskan air secukupnya untuk merebus pasta. Masukkan minyak goreng 1 sendok makan ke dalam air rebusannya. Direbus selama 10 menit. Setelah matang, tiriskan.
  2.  Sambil menunggu pasta matang, tumis bawang merah bawang putih dengan sedikit minyak goreng. Sampai harum setengah matang, masukkan cabai merah. Hampir matang, kemudian masukkan tomat. Diaduk-aduk sampai matang. Matikan api.
  3. Masukkan pasta ke dalam bumbu tumis. Aduk sampai rata. Tambahkan garam sesuai selera untuk koreksi rasa.
  4. Beri taburan topping.
  5. Foto dulu sebelum dimakan.


Ini fotonya yang lebih zoom


Friday 8 April 2016

Flight with my Bro

Bepergian dengan pesawat udara bukan menjadi hal istimewa lagi bagi Raya (5,5 mo). Pernikahan jarak jauh yang kami jalani membuat Raya terbiasa bepergian dengan pesawat sejak umur 2 bulan. Kepergian Raya pertama kali keluar kota dengan pesawat bukan tanpa halangan. Apalagi di keluarga saya, yang tidak punya budaya bepergian dengan membawa bayi. Begitupun dengan keluarga suami. Banyaknya pihak yang kontra dengan keputusan saya (waktu itu) untuk membawa Raya yang baru berusia 2 bulan untuk bepergian malah menambah semangat saya untuk mencari tahu tata cara membawa bayi ketika bepergian dengan pesawat. Perjalanan udara pertama buat Raya dan perjalanan pertama buat saya berdua saja dengan bayi.

 Foto : Dalam kabin pesawat bersama Raya (5mo)

Mencari tahu dengan cara gugling lewat internet, membaca pengalaman ibu-ibu lain, maupun berbagi pengalaman dengan para ibu yang sudah lebih dulu membawa bayinya melalui perjalanan udara. Dan bertanya pada dokter anak tentunya.
Persiapan yang saya lakukan untuk perjalanan udara bersama Raya kira-kira seperti berikut :
  1. Jangan malas untuk mencari tahu peraturan maskapai jika membawa bayi. Cari dan baca, jangan hanya berdasar pada katanya. Ada beberapa maskapai yang mensyaratkan surat keterangan untuk bayi dibawah 6 bulan, sementara maskapai lain hanya untuk bayi dibawah 3 bulan. Demikian juga baca dengan seksama tatacara jika ingin membawa cairan (ASIP) ke dalam kabin pesawat.
  2. Berkonsultasi dengan dokter anak. Selalu cek kondisi bayi sebelum bepergian, ada atau tidak ada gejala penyakit yang terlihat. Meskipun tidak dalam keadaan sakit, saya juga selalu membawa obat panas, batuk, pilek, dan termometer dalam satu kantung yang diletakkan dalam tas ransel kabin setiap bepergian dengan Raya.
  3. Cerewetlah bertanya ketika konsultasi dengan dokter anak. Sekali lagi, cerewetlah. Selalu konsultasi dengan dokter anak, jangan terpaku pada 'katanya katanya...', 'biasanya...'  atau 'menurut orang yang udah duluan...'. Tetap mencari tahu, tetapi semua info yang kita dapat harus di-cross check sebelumnya dengan dokternya (yang tentunya akan memberi saran sesuai dengan kondisi kesehatan si anak). Jangan lupa, ajak orangtua (atau siapapun yang kontra) ketika konsultasi. Karena pada dasarnya, tidak ada larangan untuk mengajak bayi melalui perjalanan udara.
  4. Pergunakan tas ransel untuk menyimpan peralatan si kecil dan peralatan pribadi kita. Usahakan kedua tangan bebas dari tentengan, sehingga kita bisa konsentrasi penuh dengan si kecil. Semua barang bawaan lain masuk dalam satu koper bagasi jika bepergian berdua saja. Hanya membawa satu koper bagasi akan mempermudah perjalanan dari masuk bandara sampai ke konter check in, dan dari tempat pengambilan bagasi sampai keluar area kedatangan.
  5. Pergunakan pakaian menyusui dan alas kaki yang nyaman. Karena nursery room belum menjadi fasilitas yang populer (sepopuler toilet) di bandara. Baju menyusui yang nyaman dipergunakan untuk mengantisipasi lokasi nursery room yang letaknya berjauhan, sehingga siap untuk menyusui dimana saja. Sebagai contoh, di bandara domestik Ngurah Rai, nursery room hanya ada di dekat 'gate' 6, bayangkan jika kita masuk pesawatnya dari 'gate' 1.
  6. Kalau punya stroller, pergunakan. Semua bandara saat ini punya fasilitas lift untuk menuju ke lantai yang berbeda. Meletakkan bayi di stroller bisa mengurangi kelelahan selama menunggu jam keberangkatan, apalagi jika jadwal keberangkatan mengalami delay. Stroller bisa dilipat dan dimasukkan bagasi pesawat sebelum masuk kabin dan diambil bersamaan dengan barang yang masuk bagasi. Jangan lupa untuk minta tag penanda bagasi untuk stroler ketika proses check in (tidak semua petugas di konter check in langsung tanggap dengan adanya stroler).
  7. Memakaikan Raya pakaian senyaman mungkin. Mengingat Raya tidak tahan dingin AC dan tidak suka menggunakan pakaian berlapis, jadi Raya saya pakaikan jumper lengan panjang dan kaos kaki panjang menutup kaki macam legging yang tidak terlalu ketat tapi tetap hangat. Pada perjalanan udara terakhirnya, saya juga membawakan teether-nya (mainan gigit-gigitan) untuk menjaga mood nya tetap baik selama perjalanan.
  8. Cara paling mudah menjaga agar perubahan tekanan udara tidak mengganggu pendengaran bayi adalah dengan disusui. Sesuai saran dokternya, Raya sama sekali tidak menggunakan penutup telinga dan hanya disusui terutama selama proses landing dan take off.
  9. Jangan lupa bawa fotokopi akte kelahiran, sebagai satu-satunya dokumen identitas si bayi.
  10. Terakhir, jangan lupa Bismillah sebelum berangkat (atau sesuai kepercayaan masing-masing) agar perjalanan lancar tanpa hambatan.


Foto : Menunggu bagasi di bandara Soekarno Hatta (Raya 5mo)

Untungnya, Raya termasuk bayi yang bisa diajak 'bicara' dan cepat belajar. Sehingga sangat mempermudah perjalanan perdana dan perjalanan kami selanjutnya.

Tidak ada tangisan ketika proses landing dan take off, terima kasih Raya karena langsung paham harus menyusui agar tetap nyaman.

Tidak ada tangisan bosan selama perjalanan, terima kasih sudah menganggap nyanyian dan obrolan ibumu ini cukup menghibur.

I'm a proud mom yang masih terus belajar.

Foto : Diantar pulang setelah berkunjung ke tempat Bapak (Raya 2 mo)